Senin, 07 Juni 2010

MODEL PAKEM DENGAN PENDEKATAN TEMATIK UNTUK SAINS KELAS II SD

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mutu pendidikan perlu ditingkatkan untuk mewujudkan manusia yang
berkualitas tinggi, diantaranya pendidikan di SD N Sekaran I. Untuk
meningkatkan kualitas siswa, dalam proses belajar mengajar diperlukan model
pembelajaran yang mampu meningkatkan mutu pendidikan siswa.
Selama ini, pembelajaran cara lama di mana guru mengajar dengan
berceramah, siswa sering diperlakukan sama oleh guru baik dalam
pelaksanaan KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) maupun evaluasi. Berbagai
kemampuan siswa (belajar mandiri, bekerjasama, berpikir kritis, mencari
informasi, memecahkan masalah, mengambil keputusan dsb) tidak
dikembangkan untuk memberikan bekal bagi mereka untuk terjun ke dunia
modern yang penuh tantangan dan persaingan antar bangsa. Philip Rekdale
(2005) melakukan penelitian menyangkut sejauh mana PAKEM mendukung
pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penelitian
tersebut meliputi dua aspek yaitu mereka perlu mulai belajar mengenai cara
mereka belajar (learning how to learn), cara belajar secara penemuan
(discovery), secara kreatif, analisa, dan kritis, supaya mereka dapat menjadi
pelajar selama hidup (life long learner) yang efektif. Melalui pendekatan
Tematik, pembelajaran PAKEM dapat diimplementasikan sehingga

memungkinkan keterlibatan siswa dalam belajar, sehingga siswa aktif terlibat
dalam proses pembelajaran (Sukayati,2004).
Keberhasilan siswa selama ini hanya dilihat dengan menggunakan
ukuran UAN (Ujian Akhir Nasional) dan nilai NEM mencapai di atas KKM
(Kriteria Ketuntasan Minimal) yaitu 6,52. Telah disadari bahwa UAN hanya
mengukur aspek kognitif saja (tingkat rendah dalam taksonomi Bloom). Di
sisi lain, KBM yang berhasil adalah KBM yang dapat meningkatkan berbagai
kemampuan siswa. Pembelajaran di kelas II SD Negeri Sekaran I telah
menggunakan pendekatan tematik tetapi belum menerapkan model PAKEM,
siswa-siswa kelas II di SD Negeri Sekaran I belajar sains dengan
mendengarkan ceramah dari guru, jika guru mengajar hanya dengan
berceramah maka kemampuan yang dikembangkan pada diri siswa adalah
kemampuan mendengarkan, mengingat, dan menjawab pertanyaan dengan
menggunakan ingatan. Semuanya dengan daya retensi yang sangat rendah.
Akibatnya siswa tidak terlatih mencari informasi, menyaring informasi,
menggunakan informasi, berdiskusi, mengajukan pertanyaan, melakukan
pengamatan, penelitian, percobaan, membuat laporan dsb. Jika dilihat dari
hasil diatas maka dapat disimpulkan bahwa ada masalah yang harus segera
diselesaikan dalam pembelajaran di SD pada kelas rendah khususnya
pengembangan kemampuan dasar kognitif, serta hasil belajar mengenal
konsep Sains. Oleh karena itu perlu dikembangkan model pembelajaran
PAKEM dengan pendekatan Tematik Sains SD untuk menumbuhkan
keterampilan berpikir.

B. PERUMUSAN MASALAH

Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud mendapat jawaban dari
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana menerapkan model pembelajaran serta perangkat dan setting
PAKEM dengan pendekatan Tematik Sains SD, yang terdiri dari Panduan
dan Rencana Pembelajaran (RP), Satuan Kegiatan Harian, Skenario
Pembelajaran, dan alat evaluasi.
2. Bagaimana respon siswa terhadap model PAKEM dengan pendekatan
Tematik Sains SD.

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian ini adalah untuk :
A. Menerapkan model pembelajaran serta perangkat dan setting PAKEM
dengan pendekatan Tematik Sains SD, yang terdiri dari Panduan dan
Rencana Pembelajaran (RP), Satuan Kegiatan Harian, Skenario
Pembelajaran, dan alat evaluasi.
B. Mengungkap dan mendeskripsikan respon siswa terhadap model PAKEM
dengan pendekatan Tematik Sains SD.

D. MANFAAT PENELITIAN

Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam
memberikan masukan terhadap upaya peningkatan mutu pendidikan Sains SD.
Dari pelaksanaan penelitian ini diharapkan akan memberikan dampak:
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat :

a. Ikut memberikan informasi tentang penggunaan dan pengembangan
model pembelajaran PAKEM dengan pendekatan Tematik Sains SD
untuk menumbuhkan keterampilan berpikir.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis manfaat penelitian ini antara lain :
a. Manfaat bagi siswa, adalah hasil penelitian ini dapat digunakan untuk
memotivasi siswa meningkatkan kemampuannya di bidang Sains.
b. Manfaat bagi guru, adalah sebagai masukan atau informasi dalam
pembelajaran Sains bagi siswanya.

E.PENEGASAN ISTILAH

a. Model PAKEM

PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan
Menyenangkan. Fokus PAKEM adalah pada kegiatan siswa di dalam
bentuk grup, individu, dan kelas, partisipasi di dalam proyek, penelitian,
penyelidikan, penemuan, dan beberapa macam strategi yang hanya
dibatasi dari imaginasi guru.

b. Pendekatan Tematik
Pendekatan Tematik merupakan pendekatan dalam pembelajaran
yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata
pelajaran maupun antar mata pelajaran. Dengan adanya pemaduan itu
siswa akan memperoleh pengetahuan dan keterampilan secara utuh
sehingga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa (Depdiknas, 2006).

c. Sains SD

Definisi mengenai Sains menurut Sardar (1987, 161) adalah sarana
pemecahan masalah mendasar dari setiap peradaban. Tanpa Sains, lanjut
Sardar (1987, 161) suatu peradaban tidak dapat mempertahankan
struktur-struktur politik dan sosialnya atau memenuhi kebutuhankebutuhan
dasar rakyat dan budayanya. Sebagai perwujudan eksternal
suatu epistemologi, Sains membentuk lingkungan fisik, intelektual dan
budaya serta memajukan cara produksi ekonomis yang dipilih oleh suatu
peradaban. Secara singkat, Sains menurut Sardar (1987, 161) adalah
sarana yang pada akhirnya mencetak suatu peradaban, dia merupakan
ungkapan fisik dari pandangan dunianya
(http://ajidedim.wordpress.com/teknologi-islami/technology/).

BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
I. Konsep Belajar
Belajar adalah proses yang diarahkan kepada tujuan, proses
perbuatan melalui berbagai pengalaman (TIM MKDK IKIP Semarang,
1990:142) sedangkan W.S Winkel mengemukakan, bahwa belajar adalah
suatu kondisi mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap, (Darsono,2000:4)
Menurut Oemar Hamalik (2004:45) belajar mengandung pengertian
terjadinya perubahan dari persepsi dan perilaku termasuk juga perbaikan
perilaku.

II. Konsep Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara sadar dan
disengaja (Darsono, 2000:26). Pembelajaran hakekatnya adalah suatu
proses yaitu proses mengatur, mengorganisasi lingkungan yang ada di
sekitar anak didik sehingga dapat menimbulkan dan mendorong anak
didik melakukan proses belajar.
Oemar Hamalik (2002:58) mengemukakan pembelajaran adalah
aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya

sehingga menciptakan kesempatan bagi anak untuk melakukan proses
belajar secara efektif.
Pembelajaran Sains mendasarkan kepada bagaimana siswa belajar
secara aktif. Belajar Sains memerlukan pemahaman konsep yang akan
melahirkan rumus, teorema atau dalil. Peranan guru Sains adalah
memberikan motivasi kepada siswa supaya mereka mau belajar serta
mewujudkan tujuan pembelajaran yang juga merupakan tugas yang cukup
berat, karena pada umumnya siswa menganggap pelajaran sains kurang
menarik bahkan ada yang beranggapan sangat membosankan.
Berpijak dari uraian tersebut, guru Sains harus dapat memberikan
motivasi serta menggunakan cara-cara yang kreatif dalam menyampaikan
materi di kelas, sehingga siswa termotivasi untuk mempelajari Sains tanpa
adanya rasa takut dan bosan. Hal ini merupakan salah satu usaha dalam
mengajar, dan guru juga bertugas membuat rancangan untuk memberikan
kemudahan mencapai tujuan pembelajaran.
III.Pembelajaran PAKEM
PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, dan
Menyenangkan. Fokus PAKEM adalah pada kegiatan siswa di dalam
bentuk grup, individu dan kelas, partisipasi di dalam proyek, penelitian,
penyelidikan, penemuan, dan beberapa macam strategi yang hanya
dibatasi dari imaginasi guru. Philip Rekdale (2005) melakukan penelitian
menyangkut sejauh mana PAKEM mendukung pelaksanaan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Yang menyangkut dua aspek tentang

penelitian pelaksanaan PAKEM dalam mendukung KTSP, yang pertama
mereka perlu mulai belajar mengenai cara mereka belajar (learning how
to learn), cara belajar secara penemuan (discovery), secara kreatif, analisa,
dan kritis, supaya mereka dapat menjadi pelajar selama hidup (life long
learner) yang efektif.
Yang kedua menyangkut ”cara siswa kita belajar” yaitu “A conception
that helps teachers relate subject matter content to real world situations and
motivates student to make connections between knowledge and its
application to their lives as family members, citizens and workers.”
(BEST,2001). Satu konsep yang membantu guru-guru menghubungkan isi
mata pelajaran dengan situasi keadaan di dunia (real world) dan
memotivasikan siswa untuk lebih paham hubungan antara pengetahuan
dan aplikasinya kepada hidup mereka sebagai anggota keluarga,
masyarakat dan karyawan-karyawan.
(http://schooldevelopment.net/indexi.html)
Menurut Siskandar (2003) pendekatan pembelajaran yang ditekankan
untuk kelas I dan II SD adalah Pendekatan Tematik. Bagi guru SD kelas
rendah (kelas 1 dan 2) yang siswanya masih berperilaku dan berpikir
konkrit, pembelajaran hendaknya dirancang secara terpadu dengan
menggunakan tema sebagai pemersatu kegiatan pembelajaran. Dengan
cara ini pendekatan kelas I dan II menjadi lebih bermakna, lebih utuh dan
sangat kontekstual dengan dunia anak-anak.

Pendekatan Tematik merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang
secara sengaja mengaitkan beberapa aspek baik dalam intra mata pelajaran
maupun antar mata pelajaran dan keterampilan secara utuh sehingga
pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa ( Depdiknas,2006)
Melalui Pendekatan Tematik, pembelajaran PAKEM dapat
diimplementasikan sehingga memungkinkan keterlibatan siswa dalam
belajar, sehingga siswa aktif terlibat dalam proses pembelajaran
(Sukayati,2004)

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan pada siswa SD kelas rendah yaitu siswa
kelas II SD Negeri Sekaran I.
B. Faktor-faktor yang diteliti
Faktor yang diteliti meliputi faktor siswa dan penerapan model
pembelajaran PAKEM, yang diamati adalah respon siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar mengajar.
C. Rancangan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kuantitatif dan prosedur penelitian menggunakan tindakan kelas. Secara
singkat penelitian tindakan kelas dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk
kajian yang bersifat refleksi oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk
meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan dalam melaksanakan
tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan yang dilakukan serta
memperbaiki kondisi di mana praktik-praktik pembelajaran dilakukan
(Tim Pelatih PGSM, 1999:6). Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut
penelitian tindakan kelas dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur.
Penelitian ini menggunakan dua siklus seperti yang tergambar berikut

:Gambar 1. Siklus Penelitian Tindakan Kelas
Keterangan :
Pre-test = Tes sebelum diberi tindakan
P = Perencanaan
T = Tindakan
R = Refleksi
O = Observasi/pengamatan
Langkah-langkah penelitian ini sebagai berikut :
a. Memberikan tes awal sebagai pre-test.
b. Memberikan tindakan kelas (siklus I), meliputi :
1) Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini membuat Panduan, Rencana
Pembelajaran (RP), Satuan Kegiatan Harian, Skenario Pembelajaran,
alat evaluasi, menginventaris subjek penelitian dan persiapan alat
penunjang yang digunakan dalam penelitian. Langkah mempersiapkan
pembuatan tes:
1. mengadakan pembatasan terhadap materi yang akan disajikan
2. menentukan jumlah waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes.
3. menentukan jumlah butir tes
T T
Pre test R
P
Siklus I
O P O
Siklus
II

4. menentukan tipe tes
5. menentukan komposisi jenjang uji
6. membuat tabel spesifikasi uji atau kisi-kisi tes
2) Tindakan
Dalam tahap ini dilakukan tindakan sesuai rencana yang
telah ditetapkan.
3) Pengamatan
Dalam pengamatan atau observasi, peneliti mengambil data
dari mengamati dan mencatat kegiatan yang dilakukan siswa
selama penelitian berlangsung.
4) Refleksi
Pada tahap refleksi, meneliti hasil perencanaan, tindakan
dan pengamatan. Atas dasar pengamatan pembelajaran yang
mempergunakan model PAKEM dengan pendekatan tematik, akan
dikaji secara kritis peningkatan hasil belajar siswa dan mencari
solusi untuk memecahkan masalah atau kelemahan yang timbul.
c. Memberi tes pokok bahasan bagian tubuh hewan dan tumbuhan untuk
mengetahui prestasi/hasil belajar siswa setelah siklus I.
d. Memberikan tindakan kelas (siklus II). Dengan adanya siklus II
diharapkan sudah mendapatkan hasil belajar. Dari hasil belajar pada
siklus I dan siklus II maka dapat diketahui gambaran perbedaan hasil
belajar.

e. Memberikan post-test untuk mengambil data nilai tes salah satu pokok
bahasan Sains SD setelah tindakan kelas (siklus II). Pada siklus I
diperkirakan nilai tes siswa belum sesuai yang diharapkan artinya
siklus II adalah pemantapan dari siklus I..
f. Mengumpulkan data hasil belajar yang diperoleh dari pre-test dan
post-test.
g. Melakukan uji normalitas dan homogenitas data.
h. Melakukan uji hipotesis menggunakan alat uji statistik.
2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto,
1997: 108). Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti
(Suharsimi Arikunto, 1997: 109). Sampel adalah sekelompok kecil
individu yang dilibatkan langsung dalam penelitian. Mengingat besarnya
populasi yang ada perlu diambil sampel. Untuk menentukan sampel ini
harus representatif agar dapat mencerminkan atau mewakili populasi.
Namun menurut Suharsimi Arikunto, dikatakan bahwa apabila
subyek kurang dari 100 minimum diambil 30, dan selanjutnya apabila
subyek besar dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25% atau lebih
(Suharsimi Arikunto, 1997 : 112).
Dengan berdasarkan pada pendapat di atas maka dalam penelitian ini
sampel yang diambil adalah seluruh siswa kelas II SD.
3. Metode Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini diperlukan alat
pengumpul data sebagai berikut :
􀂃 Dokumentasi
Digunakan untuk mendapatkan data-data yang diperlukan sebagai
abstrak untuk mengadakan penelitian, yakni daftar nama dan jumlah
siswa dalam penelitian.
􀂃 Angket
Untuk menganalisa informasi berdasarkan keterangan yang relevan
dengan permasalahan yang dihadapi dan yang dapat dijelaskan oleh
responden, dan untuk memperoleh informasi tentang kesulitankesulitan
yang dialami siswa dalam mempelajari Sains.
􀂃 Metode wawancara
Digunakan untuk mengetahui pendapat guru tentang pembelajaran
PAKEM, dan data yang diperoleh digunakan untuk membahas
kelebihan pembelajaran PAKEM.
􀂃 Metode Tes
Instrumen tes, yaitu tes tentang materi Sains. Tes tersebut dilakukan
dua kali yaitu :
1) Tes pertama, yaitu tes untuk memperoleh nilai awal sebelum
menggunakan model PAKEM dengan Pendekatan Tematik untuk
Sains SD.
2) Tes kedua, yaitu tes sesudah menggunakan model PAKEM
dengan Pendekatan Tematik untuk Sains SD.

Instrumen digunakan untuk memperoleh data yang diperlukan,
meliputi :
1) Nilai pre-test yang diambil dari nilai awal sebelum pembelajaran
menggunakan model PAKEM dengan Pendekatan Tematik untuk
Sains SD.
2) Nilai post-test yang diambil dari hasil tes sesudah pembelajaran
menggunakan model PAKEM dengan Pendekatan Tematik untuk
Sains SD.
4. Penilaian Alat Ukur
Penilaian alat ukur meliputi validitas dan reliabilitas instrumen. Dalam
suatu penelitian, data mempunyai kedudukan yang paling penting, karena
data merupakan penggambaran dari variabel yang diteliti dan berfungsi
sebagai alat untuk membuktikan hipotesis. Oleh karena itu benar tidaknya
data, sangat menentukan mutu hasil suatu penelitian. Karena itu instrumen
dalam hal ini adalah angket harus memenuhi 2 (dua) persyaratan penting,
yaitu validitas dan reliabilitas.
1) Uji Validitas
Menurut Suharsimi Arikunto, validitas adalah suatu ukuran
yang menunjukkan tingkatan – tingkatan kevaliditasan suatu
instrumen (Suharsimi Arikunto, 1997 : 144).
Sebuah instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut
mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data
dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas

menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang
dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.
Dalam penelitian ini menggunakan validitas empiris atau
empirical validity, yaitu menggunakan kriteria bagaimana derajat
keserasian antara apa yang dinyatakan oleh hasil pengukur dengan
keadaan yang sebenarnya.
Peneliti menguji validitas instrumen yang sudah disuruh
melalui pengalaman. Dengan mengujinya melalui pengalaman akan
diketahui tingkat validitas empiris atau validitas berdasarkan
pengalaman (Arikunto, 1997 : 145). Adapun uji validitas ini
digunakan rumus koefisien korelasi product moment sebagai berikut
:
( )( )
{N X 2 ( X )2}{N Y 2 ( Y )2}
r N XY X Y xy
Σ − Σ Σ − Σ
Σ − Σ Σ
=
Keterangan :
rxy = angka indeks korelasi product moment
N = banyaknya responden / subyek
X = jumlah seluruh skor x
Y = jumlah seluruh skor y
ΣX2 = jumlah dari kuadrat x
ΣY2 = jumlah dari kuadrat y
Setelah diperoleh rxy dikonsultasikan dengan tingkat
koefisiensi korelasi Suharsimi Arikunto. Adapun pedoman
signifikansi korelasi tersebut adalah sebagai berikut :

Koefisiensi Interpretasi
a. antara 0,800 sampai dengan 1,000
b. antara 0,600 sampai dengan 0,800
c. antara 0,400 sampai dengan 0,600
d. antara 0,200 sampai dengan 0,400
e. antara 0,000 sampai dengan 0,200
Sangat tinggi
Tinggi
Cukup
Rendah
Sangat rendah
(Arikunto, 1997 : 245)
2) Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
untuk mengetahui reliabilitas angket dengan menggunakan teknik
statistik dengan menggunakan teknik belah dua genap ganjil. Adapun
cara menggunakan rumus belah dua genap ganjil adalah sebagai
berikut :
a) Memberikan angket kepada sejumlah responden yang dijadikan uji
penelitian ini.
b) Keseluruhan jawaban item dalam angket dibagi dalam dua
kelompok yaitu bernomor genap dan ganjil. Kemudian disekor dan
dijumlah sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Selanjutnya
mencari korelasi total antara sekor item bernomor ganjil dan
kelompok item bernomor genap, dengan menggunakan teknik
korelasi product moment dari Suharsimi Arikunto yang
dirumuskan sebagai berikut :

( )( )
{N x2 ( x)2}{N y2 ( y)2}
r N xy x y xy
Σ − Σ Σ − Σ
Σ − Σ Σ
=
Keterangan :
rxy = angka indeks korelasi product moment
N = jumlah responden dan subyek
x = jumlah seluruh skor x
y = jumlah seluruh skor y
Σx² = jumlah dari kuadrat x
Σy² = jumlah dari kuadrat y
(Suharsimi Arikunto, 1997 : 157 ). Koefisiensi korelasi tersebut
kemudian dipergunakan untuk menentukan koefisien reliabilitas
dengan menggunakan rumus dari Sperman Brown, yang
dirumuskan sebagai berikut :
xy
xy
r
r
r
+
×
=
1
2
11
Keterangan :
r 11 = reliabilitas instrumen
rxy = rxy yang dirumuskan sebagai indeks korelasi antara dua
belahan instrumen.(Suharsimi Arikunto, 1997 : 156)
Selanjutnya jawaban angket uji coba dapat diperiksa dalam
lampiran, dan diberi sekor sekaligus dikelompokkan sesuai genap dan
ganjil yang telah disusun rekapitulasi sekor uji reliabilitas sikap sosial
yang dapat diperiksa dalam lampiran.

3) Tingkat Kesukaran
Klasifikasi tingkat kesukaran soal adalah sebagai berikut:
0,10-0,30 Soal sukar
0,30-0,70 Soal sedang
0,70-1,00 Soal mudah
JS
P = B
Dimana P = tingkat kesukaran soal
B = banyaknya siswa yang menjawab benar
JS = jumlah siswa
(Suharsimi Arikunto,1997: 250).

D. METODE ANALISIS DATA

Dilakukan tiga pengujian, bagian pertama uji persyaratan penelitian
yang menggunakan uji normalitas data, bagian kedua uji homogenitas untuk
mengetahui varians sampel populasinya homogen, dan bagian ketiga uji hasil
penelitian dengan uji-t.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui sebaran nilai berdistribusi
normal. Untuk menguji kenormalan sebaran nilai digunakan
rumus sebagai berikut :
Σ −
=
fh
χ (fo fh)
2
2 (Arikunto, 1997:286)
Keterangan :
χ2 = Chi kuadrat

fo = Frekuensi yang diperoleh
fh = Frekuensi yang diharapkan
Hasil perhitungan uji normalitas diterima jika χ2
hitung < χ2
tabel pada taraf
signifikansi 0,05.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui varians sampel
populasinya homogen. Untuk menguji varians sampel populasinya digunakan
rumus sebagai berikut :
N
N
X ( X)
V
2
2
X
Σ
Σ −
= (Arikunto, 1997:289)
Keterangan :
VX = Varians pre-test
ΣX = Jumlah nilai pre-test
N = Jumlah subjek
N
N
Y ( Y)
V
2
2
Y
Σ
Σ −
=
(Arikunto, 1997:291)
Keterangan : VY = Varians post-test
ΣY = Jumlah nilai post-test
N = Jumlah subjek
Varians terkecil
f = Varians terbesar
Keterangan :
Untuk memperoleh nilai f dengan membandingkan nilai varians terbesar
dengan nilai varians terkecil.

c. Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini penulis menggunakan uji statistik untuk memperoleh
data kemampuan siswa dengan menggunakan uji-t. Adapun rumus
uji-t sebagai berikut :
N (N 1)
X . d
t Md
2

Σ
= (Arikunto, 1997:275)
Keterangan :
Md = Mean dari perbedaan pre-test dengan post-test
ΣX2d = Jumlah kuadrat deviasi
N = Subjek
d.b = Ditentukan dengan N – 1

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Hasil penelitian
1.Siklus I
Pada siklus I, materi yang diberikan adalah konsep Bagian Tubuh
Hewan dan Tumbuhan yang dilaksanakan selama 6 jam pelajaran dalam
2 pertemuan. Pada setiap pertemuan menggunakan panduan instrumen
berupa silabus, lembar kerja siswa, dan lembar observasi.
a.Tes
Hasil belajar kognitif siswa (nilai tes) yang meliputi aspek pengetahuan
dan pemahaman pada siklus II dapat dilihat pada tabel I berikut:
No Hasil belajar kognitif siswa Siklus I Siklus II
1
2
3
4
5
Jumlah siswa tuntas belajar
Jumlah siswa tidak tuntas belajar
Rata-rata nilai siswa
Standar deviasi
Keberhasilan kelas
34
14
69,25
20,924
70,83%
42
6
82,29
19,562
87,5%
b.Data hasil angket
Dari data hasil angket pada siklus II dapat diketahui bahwa respon siswa
terhadap proses pembelajaran PAKEM cukup bagus, selain itu data

angket menunjukkan bahwa siswa memiliki minat yang tinggi untuk
belajar sains.
Data wawancara pada guru menunjukkan bahwa silabus yang digunakan
adalah silabus tematik KTSP tahun 2006, yang berisi standar
kompetensi, kompetensi dasar, materi pokok, kegiatan pembelajaran,
indikator, penilaian, alokasi waktu dan sumber belajar. Untuk silabus
tematik yang dilaksanakan dengan model PAKEM, maka pelaksanaan
kegiatan pembelajaran Sains dikaitkan dengan pelajaran lainnya
misalnya matematika atau kesenian. Pelaksanaan silabus berbeda pada
tiap sekolah karena sekolah memiliki kewenangan untuk menerapkan
silabus dengan caranya masing-masing, hal ini dikarenakan siswa
memiliki kemampuan berbeda-beda dalam memahami materi pelajaran
yang disampaikan guru, sehingga sekolah harus menyesuaikan
pelaksanaan silabus agar semua siswa dapat memahami materi pelajaran
dengan baik.
RPP dengan model PAKEM adalah RPP ( rencana pelaksanaan
pembelajaran ) yang mengaitkan materi pelajaran dengan materi
pelajaran lainnya, misalnya untuk RPP pada materi pelajaran Sains
dikaitkan dengan materi pelajaran matematika atau kesenian.
Penyusunan RPP berguna agar guru dapat memahami lebih dalam
tentang materi pelajaran yang akan diajarkannya, selain itu penyusunan
RPP harus teliti dan cermat agar guru tidak mengalami kesalahan

mengaitkan materi antar mata pelajaran. RPP merupakan panduan guru
dalam melaksanakan pembelajaran di kelas.
Satuan kegiatan harian adalah rencana kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan oleh guru dan disusun setiap hari atau setiap kali pertemuan
dengan siswa. Satuan kegiatan harian dengan model PAKEM adalah
rencana kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru untuk mewujudkan
pembelajaran aktif, kreatif dan menyenangkan di kelas. Penyusunan
satuan kegiatan harian yang baik akan memudahkan guru dalam
mengajar di kelas, karena guru telah merencanakan kegiatan apa saja
yang akan dilakukannya saat mengajar, sehingga guru dapat
menggunakan waktu dengan efisien.
B.Pembahasan
Berdasarkan pengamatan awal yaitu sebelum diterapkan penelitian
tindakan kelas berupa penerapan model pembelajaran PAKEM, dan
setelah dilakukan tes awal menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar
siswa kelas II SD Negeri sekaran 1 sudah cukup bagus yaitu sebesar
69,25 dengan ketuntasan 70,83%.
Rata-rata hasil belajar sains siswa kelas II sebelum diterapkan model
pembelajaran PAKEM memang sudah cukup bagus, sebab guru sering
menyuruh siswa untuk berlatih mengerjakan LKS, sehingga siswa lebih
memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru. Selain itu,
guru juga sering mengajukan pertanyaan pada siswa untuk mengetahui
tingkat pemahaman terhadap materi pelajaran yang diajarkan, setelah

mengetahui tingkat pemahaman siswa maka guru dapat menyusun
materi pelajaran agar lebih mudah dipahami siswa. Rata-rata hasil
belajar siswa memang sudah cukup bagus tapi masih perlu ditingkatkan
lagi, sebab materi pelajaran yang diajarkan guru semakin lama semakin
susah, sehingga guru perlu menerapkan model pembelajaran PAKEM
yang melibatkan siswa secara aktif dalam pelajaran, karena siswa yang
aktif memiliki motivasi belajar Sains yang besar. Siswa yang memiliki
motivasi belajar Sains yang besar akan rajin belajar agar dapat
memahami materi pelajaran, hal ini menyebabkan siswa itu dapat
meraih prestasi maksimal di kelas.
Setelah diterapkan model PAKEM hasil belajar kognitif siswa
mengalami peningkatan yang ditunjukkan dengan nilai rata-rata siswa
yang meningkat dari 69,25 pada siklus I menjadi 82,29 pada akhir siklus
II. Nilai rata-rata siswa pada siklus I didapatkan setelah siswa
mengerjakan tes pokok bahasan bagian tubuh hewan dan tumbuhan.
Peningkatan hasil belajar kognitif ini juga diiringi dengan peningkatan
ketuntasan klasikal yaitu dari 70,83% menjadi 87,5%. Ketuntasan
klasikal yang diperoleh pada akhir siklus II sudah memenuhi target yang
ditetapkan indikator keberhasilan yaitu sekurang-kurangnya 85% dari
jumlah siswa mendapat nilai lebih besar dari 65. Peningkatan hasil
belajar kognitif siswa dikarenakan siswa telah memahami materi
pelajaran.

Data angket menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berminat
belajar Sains dan menyukai belajar berkelompok. Penerapan
pembelajaran PAKEM menjadikan suasana belajar menjadi lebih
menyenangkan, hal ini membuat siswa menjadi lebih bersemangat
belajar Sains. Siswa yang selama ini sudah aktif di kelas menjadi lebih
aktif bertanya pada guru ketika mereka mengalami kesulitan memahami
materi pelajaran. Selain itu siswa yang pasif dan jarang bertanya
akhirnya juga termotivasi untuk menjadi lebih aktif seperti temantemannya.
Dari pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa proses
pembelajaran dipengaruhi oleh model pembelajaran yang digunakan,
dan juga harus didukung oleh kemampuan guru menjadikan suasana
pembelajaran menjadi lebih aktif, kreatif dan menyenangkan. Guru yang
dapat menerapkan model pembelajaran PAKEM dengan baik akan
menjadikan siswa lebih termotivasi untuk meraih prestasi yang
maksimal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran
PAKEM mampu meningkatkan kreativitas para siswa sekaligus
menjadikan mereka lebih aktif mengikuti pelajaran.
Pembelajaran PAKEM juga membuat suasana kelas menjadi lebih
menyenangkan sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar Sains.
Motivasi siswa yang besar untuk mempelajari Sains menjadikan hasil
belajar mereka menjadi jauh lebih baik. Selain itu, guru juga dapat
memberikan remidi pada siswa sehingga pemahaman siswa semakin

meningkat. Suasana kelas yang menyenangkan kadang menjadikan
siswa gaduh dan bercanda sendiri, untuk menenangkan siswa maka guru
menggunakan metode menarik perhatian yaitu dengan cara guru
memberi salam pada siswa yang lalu dijawab oleh siswa, sehingga
perhatian siswa kembali terfokus pada pelajaran. Untuk meningkatkan
efektifitas pembelajaran maka model PAKEM harus dilaksanakan
secara terus menerus, sehingga hasil pembelajaran dapat lebih optimal.
Hasil pembelajaran dengan menggunakan model PAKEM dapat
diketahui dari hasil tes sebelum dan sesudah model PAKEM diterapkan,
jika hasil tes menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa maka
dapat dikatakan bahwa pembelajaran PAKEM itu berhasil. Menurut
guru, siswa yang aktif adalah siswa yang rajin bertanya serta
memperhatikan pelajaran dengan baik. Untuk mengetahui
perkembangan kreatifitas siswa, guru membuat alat peraga yang
menggambarkan ide pokok pelajaran Sains, siswa yang menggunakan
alat peraga akan menjadi lebih kreatif sebab mereka dapat memahami
sendiri ide pokok pelajaran sains. Guru juga membuat panduan yang
berisi cara siswa melakukan berbagai percobaan Sains lewat penemuan
sendiri. Agar siswa tertarik mengikuti pelajaran, maka guru menerapkan
pembelajaran sains yang disertai dengan percobaan sehingga siswa
dapat berinteraksi secara aktif dengan guru dan juga dengan temannya.
Guru juga memperlihatkan gambar percobaan sains yang berwarna
warni sehingga siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.Kesimpulan
Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa
model pembelajaran serta perangkat dan setting PAKEM dengan
pendekatan Tematik Sains SD dapat diterapkan dengan cara guru
bertindak sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran siswa, sehingga
apabila dalam proses pembelajaran tersebut ada siswa yang mengalami
kesulitan memahami pelajaran dapat langsung bertanya kepada guru.
Proses pembelajaran PAKEM dimulai dengan membuat silabus untuk
pelajaran Sains yang dikaitkan dengan pelajaran lainnya, lalu membuat
RPP Sains yang digunakan guru sebagai panduan dalam mengajar dengan
menggunakan model PAKEM, dan membuat rencana harian yaitu rencana
pelaksanaan pembelajaran sains setiap hari, yang berisi hal-hal yang
dilakukan guru selama mengajar dan bertujuan untuk mewujudkan
pembelajaran Sains yang aktif, kreatif dan menyenangkan bagi siswa.
Sedangkan untuk memantau perkembangan siswa, guru membagi siswa
dalam beberapa kelompok, sehingga lebih mudah dalam mengamati
perkembangan siswa secara individual.
Respon siswa terhadap model PAKEM dengan pendekatan Tematik Sains
SD dapat diketahui dari hasil angket yang menunjukkan bahwa sebagian
besar siswa merespon positif pembelajaran PAKEM, karena mereka setuju

bahwa pelajaran yang diajarkan dengan model PAKEM lebih
menyenangkan serta menjadikan mereka lebih aktif mengikuti pelajaran.
Hasil angket juga menunjukkan bahwa sebagian besar siswa tidak
menyukai pelajaran Sains yang disertai dengan bernyanyi, dan mereka
lebih menyukai pelajaran Sains yang disertai dengan berhitung dan
menggambar. Hal ini disebabkan karena saat bernyanyi, suasana kelas
menjadi gaduh dan banyak siswa yang tidak menyukainya. Selain itu hasil
angket juga menunjukkan adanya peningkatan kreativitas siswa karena
mereka menyatakan dapat mengerjakan soal-soal di LKS setelah
mengikuti pelajaran dan dapat menemukan hal-hal baru di alam serta
memanfaatkan ilmu sains untuk menciptakan kreasi yang baru. Penerapan
model PAKEM pada pelajaran sains khususnya pada konsep Bagian
Tubuh Hewan dan Tumbuhan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal
ini ditunjukkan oleh adanya peningkatan hasil belajar siswa secara
kognitif. Siklus I menunjukkan nilai rata-rata siswa hanya mencapai 69,25
dengan keberhasilan kelas mencapai 70,83% dan pada siklus II
menunjukkan nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 82,29 dengan
keberhasilan kelas mencapai 87,5%.
B.Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka saran yang diberikan
yaitu:
1.Pembelajaran PAKEM menjadikan suasana kelas lebih menyenangkan
tetapi guru harus tetap mengendalikan suasana kelas agar siswa tetap

fokus pada pelajaran, dan tidak bercanda sendiri. Karena suasana kelas
yang menyenangkan memang lebih gaduh maka guru harus dapat
mengendalikan situasi kelas agar tidak terlalu gaduh, dan mengganggu
kelas yang lain.
2.Guru harus terus memotivasi siswa dan memantau tingkat pemahaman
siswa misalnya dengan memberikan pertanyaan kreatif kepada siswa,
yang mendorong siswa berpikir kreatif untuk menjawabnya. Pertanyaan
kreatif adalah pertanyaan yang tidak diambil dari buku paket atau LKS,
sehingga siswa tidak dapat mencari jawaban pertanyaannya. Dengan
memberikan pertanyaan yang kreatif maka siswa akan berusaha menjawab
pertanyaan itu dengan pemikiran mereka sendiri.
3.Penerapan pembelajaran PAKEM yang menggunakan percobaan harus
dilakukan secara efisien agar tidak menyita waktu pelajaran terlalu
banyak, sehingga waktu yang tersisa dapat digunakan guru untuk
menjelaskan hasil percobaan tersebut.
4.Siswa yang aktif dan kreatif biasanya akan mengajukan pertanyaan yang
kritis pada gurunya, sehingga guru harus menguasai materi pelajaran agar
mampu menjawab pertanyaan siswanya.
5.Sebelum menerapkan pembelajaran PAKEM sebaiknya guru menyusun
silabus dan rancangan pembelajaran (RP) dengan cermat, karena
pembelajaran PAKEM itu mengaitkan satu mata pelajaran dengan mata
pelajaran lainnya, sehingga jika guru tidak cermat maka dapat terjadi
kesalahan konsep materi pelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,suharsimi.1997.Prosedur penelitian:Rineka Cipta
Darsono,Max.2004.Belajar dan Pembelajaran.Semarang:IKIP Semarang
Hamalik, Oemar.2002.Psikologi Belajar dan Mengajar.Bandung:Sinar Baru
Algesindo
Tim MKDK.1990.Psikologi Belajar.Semarang:IKIP Semarang Press
Sukayati.2004.Pembelajaran Tematik di SD merupakan Terapan Pembelajaran
Terpadu.Jakarta:Balitbang, Depdiknas
Depdiknas.2006.Pembelajaran Tematik Kelas awal SD.Jakarta Pusat
http://ajidedim.wordpress.com/teknologi-islami/technology/
http://schooldevelopment.net/indexi.html

sumber:
skripsi dari
M HARRY P
4201404015
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN FISIKA
2009

Pembelajaran Aktif Untuk Sekolah Dasar

Keberhasilan pencapaian kompetensi suatu mata pelajaran bergantung kepada beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat mempengaruhi kebehasilan pencapaian kompetensi adalah cara guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kecenderungan yang terjadi pada proses pembelajaran di Indonesia adalah kegiatan belajar masih berpusat pada guru, yaitu guru lebih banyak bercerita atau berceramah. Siswa tidak banyak aktif terlibat dalam proses pembelajaran, guru tidak/jarang menggunakan media pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi kering dan kurang bermakna. Oleh karena itu paradigma lama di mana orientasi belajar lebih berpusat pada guru harus mulai ditinggalkan dan diganti dengan orientasi belajar lebih berpusat pada siswa atau pembelajaran aktif.

Pembelajaran aktif (active learning) adalah istilah umum yang menggambarkan suatu pendekatan pembelajaran yang secara luas diterima di seluruh dunia sebagai praktik terbaik (best practice). Pendekatan ini didasarkan pada prinsip bahwa cara belajar terbaik bagi anak-anak adalah dengan melakukan, dengan menggunakan semua inderanya, dan dengan mengeksplorasi lingkungannya seperti orang, tempat, sesuatu hal, kejadian atau peristiwa yang ada di sekitar kehidupan sehari-hari anak. Mereka harus belajar dari pengalaman langsung dan konkrit (misalnya mengukur luas, menanam bunga, membuat denah, membuat karangan, dan sebagainya) serta berbagai bentuk pengalaman lainnya (misalnya membaca buku, melihat berita di TV, mengunjungi museum). Keterlibatan aktif dengan benda dan gagasan ini mendorong anak aktif berfikir untuk mendapatkan pengetahuan baru dan memadukannya dengan pengetahuan yang sudah dimiliki.

Pembelajaran yang aktif, merupakan proses pembelajaran di mana seorang guru harus dapat menciptakan suasana yang sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan juga mengemukakan gagasannya. Keaktifan siswa ini sangat penting untuk membentuk generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan juga orang lain. Sedangkan proses pembelajaran yang menyenangkan, berkaitan erat dengan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat memusatkan perhatianya secara penuh pada belajarnya. Hal ini membutuhkan kreativitas guru untuk dapat menghidupkan suasana belajar mengajar sehingga menjadi tidak membosankan bagi para siswanya. “Keadaan yang aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh para siswa, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan yang harus dicapai”.

Hal tersebut di atas diperkuat oleh konsep pembelajaran dari Edgar Dale (1969) sebagai berikut:.

Konsep Pembelajaran Edgar Dale

Konsep Pembelajaran Edgar Dale

Jika pembelajaran hanya dengan membaca (reading), maka berapa banyak kecenderungan untuk mengingat (How much we tend to remember), yaitu hanya 10% dari apa yang dibaca (10% of what we read). Sedangkan pada derajat keterlibatan siswa (Our level of involvement) termasuk dalam kelompok pasif (passive), yaitu dapat diterima secara lisan saja (verbal receiving). Pada pembelajaran dengan melakukan sebuah aksi presentasi (doing a dramatic presentation), simulasi pengalaman nyata (simulating a real experience), dan melakukan sesuatu kegiatan yang nyata atau dengan benda-benda/alat sesungguhnya (doing the real thing) akan memberikan kecenderungan mengingat sebesar 90% apa yang dikatakan dan dilakukan. Sedangkan derajat keterlibatan siswa tergolong aktif. Dengan demikian, berarti belajar dengan melakukan (doing) dapat diingat dan diulang kembali dengan kecenderungan berkisar 90%.


Pembelajaran aktif merupakan sesuatu pembelajaran dimana siswa dimungkinkan untuk lebih banyak melakukan daripada hanya mendengar saja. Hal ini sesuai dengan konsep pembelajaran yang sudah digambarkan oleh Edgar Dale, sehingga pembelajaran aktif merupakan sesuatu cara pembelajaran yang tidak dapat ditunda lagi untuk dapat diimplementasikan pada anak didik kita, terutama pada pendidikan dasar. Pembelajaran aktif juga dapat mengangkat tingkat pembelajaran dari ketrampilan berfikir tingkat rendah (pengamatan, menghafal, mengingat informasi, dan mengetahui) hingga ketrampilan berfikir tingkat tinggi (memecahkan masalah, analisis, sisntesis, dan sebagainya). Di Indonesia pembelajaran aktif ini diistilahkan dengan PAKEM, yaitu pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Pendekatan Pakem ini diharapkan diimplementasikan untuk membelajarkan anak-anak tingkat Sekolah Dasar (SD).

Dalam implementasi PAKEM ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

1. Memahami sifat anak. Pada dasarnya anak memiliki sifat rasa ingin tahu dan atau berimajinasi. Maka kegiatan pembelajaran hendaknya menjadi lahan bagi berkembangnya kedua sifat tersebut

2. Mengenal anak secara perorangan. Anak berasal dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Perbedaan individu harus diperhatikan, anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya).

3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar. Siswa secara alami senang bermain bersama-sama dalam kelompok atau bersama teman-temannya. Perilaku ini dapat dimanfaatkan guru dalam mengorganisir kelas, sehingga memudahkan siswa untuk berinteraksi atau bertukar pikiran.

4. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif serta mampu memecahkan masalah. Kedua jenis pemikiran tersebut sebenarnya sudah ada sejak lahir, guru diharapkan dapat mengembangkannya. Kritis untuk menganalisis masalah, dan kreatif untuk melahirkan pemecahan masalah.

5. Menciptakan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Ruangan yang menarik sangat penting dalam Pakem. Media dan alat bantu mengajar perlu ditata dalam kel;as sedemikian rupa sehingga memudahkan siswa untuk memanfaatkannya. Demikian juga hasil karya siswa perlu dipajang di kelas atau di luar kelas dalam rangka untuk memberikan motivasi siswa bekerja lebih baik lagi, dan memberikan inspirasi bagi teman yang lain.

6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan (fisik, sosial, budaya), yang ada di sekitar sekolah atau rumah dapat dijadikan sumber belajar yang menarik, karena berkaitan dan dekat dengan kehidupan anak sehari-hari.

7. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental. Dalam Pakem, aktif mental lebih diinginkan muncul daripada aktif fisik. Aktif mental ditandai dengan kegiatan sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, mengemukakan pendapat, dan sebagainya.

8. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan aktivitas. Umpan balik lebih ditujukan untuk meningkatkan interaksi siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan guru. Namun umpan balik diharapkan lebih mengungkapkan kekuatan/kelebihan daripada kelemahan siswa.

Untuk pengembangan dan pencapaian pembelajaran model Pakem ini, salah satunya kini digulirkan Program Desentralisasi Pendidikan Dasar (Desentralized Basic Education/DBE). Program Desentralisasi Pendidikan Dasar ialah program kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Amerika Serikat. Program ini merupakan payung kerjasama antara Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) dan USAID (The United States Agency for International Development). Tujuan dari program ini ialah peningkatan kualitas pendidikan dasar di Indonesia melalui tiga komponen kegiatan yang saling berintegrasi, yaitu: 1) desentralisasi manajemen dan tata pelayanan pendidikan yang lebih efektif (DBE1), 2) peningkatan kualitas belajar mengajar (DBE2), serta 3) peningkatan relevansi pendidikan menengah dan pendidikan luar sekolah melalui kecakapan hidup dan keterampilan vokasional (DBE3). Area yang dicakup Program Desentralisasi Pendidikan Dasar USAID/Indonesia (Program DBE) ialah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Banten, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara. Program ini berlangsung mulai tahun 2005 sampai 2010 dan diharapkan akan membantu meningkatkan pendidikan untuk lebih dari 2.400 sekolah dan lebih dari 250 ribu siswa di 100 kabupaten/kota.

Suasana Pembelajaran Aktif di Kelas

Suasana Pembelajaran Aktif di Kelas

Ketika desentralisasi pendidikan sedang digulirkan dan paradigma baru pendidikan kita dikembangkan, tidak ada jalan lain kecuali kita harus secara terus-menerus memberdayakan guru dengan mengembangkan sensitivitas dan kreativitasnya. Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat. Keberhasilan pendidikan (implementasi Pakem di Sekolah Dasar), akan dapat lebih mudah dicapai jika mendapat dukungan berbagai pihak. Dukungan berbagai pihak, berasal dari kepala sekolah, guru, orang tua murid dan pengawas sekolah, yang dalam hal ini disebut sebagai tim sekolah. Dalam pelatihan pembelajaran aktif yang dilakukan DBE2 melibatkan semua tim sekolah tersebut dalam pelatihan Pakem yang diakhiri sampai pendampingan di kelas pada semua guru.

Berdasarkan prinsip kepemimpinan pembelajaran, kepala sekolah perlu mengetahui dan mampu mengimplementasikan Pakem agar dapat memberikan dukungan, pengarahan, dan umpan balik yang bermanfaat pada para gurunya. Dengan kepala sekolah juga mengikuti pelatihan, diharapkan akan memberikan masukan yang tidak dilakukan dengan cara mengancam/mengintimidasi tetapi dengan memotivasi. Selanjutnya kepala sekolah akan dapat mengarahkan tim selolah untuk melakukan analisis mengenai praktik pengajaran yang ada di sekolahnya dan mengembangkan serta mengimplementasikan rencana tindak lanjut (action plan) untuk meningkatkan pembelajaran di masa yang akan datang. Sedangkan pengawas sekolah dan komite sekolah, akan mendapatkan pemahaman yang jelas mengenai Pakem serta sumberdaya yang diperlukan untuk mengimplementasikannya. Untuk pengawas sekolah keikutsertaan dalam pelatihan dimaksudkan untuk memberikan dukungan dalam hal alokasi sumber daya keuangan dan bahan yang diperlukan, dan kebijakan. Untuk para orang tua selain memberikan dukungan materiil dan imateriil juga akan dapat terjalin komunikasi yang efektif dengan sekolah mengenai implementasi Pakem.

Semoga Pakem dapat diimplementasikan oleh guru, baik untuk sekolah yang di kota maupun sekolah di seluruh pelosok tanah air.

Referensi :

Anonimous. 2005. Pembelajaran Aktif. Buletin P & P, Versi Elektronik, Edisi 3 (April – Jun 2005)

Depdiknas. Tanpa Tahun. Konsep Pakem. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/bahan-ajar/konsep-pakem/feed, November, 23, 2007.

Edgar Dale. 1969. Audio-Visual Methods in Teaching (3 rd edition) Holt, Tinehart and Winston, 1969

Tim DBE2. 2007. Pengenalan Pembelajaran Efektif Dalam Mata Pelajaran Pokok. Jakarta.

The Citykids Foundation. Teori Dan Strategi Pengajaran Pembelajaran Dalam Merekabentuk Perisian Kursus. Malaysia. http://www.tripod.lycos.com/. May 23, 2007

Ditulis Oleh Dra. Retno Kinteki, M.Sos

Staf Laboratorium Pendidikan Geografi

PPPPTK PKn dan IPS Malang