Senin, 07 Juni 2010

Pembelajaran Aktif Untuk Sekolah Dasar

Keberhasilan pencapaian kompetensi suatu mata pelajaran bergantung kepada beberapa aspek. Salah satu aspek yang sangat mempengaruhi kebehasilan pencapaian kompetensi adalah cara guru dalam melaksanakan pembelajaran. Kecenderungan yang terjadi pada proses pembelajaran di Indonesia adalah kegiatan belajar masih berpusat pada guru, yaitu guru lebih banyak bercerita atau berceramah. Siswa tidak banyak aktif terlibat dalam proses pembelajaran, guru tidak/jarang menggunakan media pembelajaran, sehingga proses pembelajaran menjadi kering dan kurang bermakna. Oleh karena itu paradigma lama di mana orientasi belajar lebih berpusat pada guru harus mulai ditinggalkan dan diganti dengan orientasi belajar lebih berpusat pada siswa atau pembelajaran aktif.

Pembelajaran aktif (active learning) adalah istilah umum yang menggambarkan suatu pendekatan pembelajaran yang secara luas diterima di seluruh dunia sebagai praktik terbaik (best practice). Pendekatan ini didasarkan pada prinsip bahwa cara belajar terbaik bagi anak-anak adalah dengan melakukan, dengan menggunakan semua inderanya, dan dengan mengeksplorasi lingkungannya seperti orang, tempat, sesuatu hal, kejadian atau peristiwa yang ada di sekitar kehidupan sehari-hari anak. Mereka harus belajar dari pengalaman langsung dan konkrit (misalnya mengukur luas, menanam bunga, membuat denah, membuat karangan, dan sebagainya) serta berbagai bentuk pengalaman lainnya (misalnya membaca buku, melihat berita di TV, mengunjungi museum). Keterlibatan aktif dengan benda dan gagasan ini mendorong anak aktif berfikir untuk mendapatkan pengetahuan baru dan memadukannya dengan pengetahuan yang sudah dimiliki.

Pembelajaran yang aktif, merupakan proses pembelajaran di mana seorang guru harus dapat menciptakan suasana yang sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan dan juga mengemukakan gagasannya. Keaktifan siswa ini sangat penting untuk membentuk generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan juga orang lain. Sedangkan proses pembelajaran yang menyenangkan, berkaitan erat dengan suasana belajar yang menyenangkan sehingga siswa dapat memusatkan perhatianya secara penuh pada belajarnya. Hal ini membutuhkan kreativitas guru untuk dapat menghidupkan suasana belajar mengajar sehingga menjadi tidak membosankan bagi para siswanya. “Keadaan yang aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai oleh para siswa, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan yang harus dicapai”.

Hal tersebut di atas diperkuat oleh konsep pembelajaran dari Edgar Dale (1969) sebagai berikut:.

Konsep Pembelajaran Edgar Dale

Konsep Pembelajaran Edgar Dale

Jika pembelajaran hanya dengan membaca (reading), maka berapa banyak kecenderungan untuk mengingat (How much we tend to remember), yaitu hanya 10% dari apa yang dibaca (10% of what we read). Sedangkan pada derajat keterlibatan siswa (Our level of involvement) termasuk dalam kelompok pasif (passive), yaitu dapat diterima secara lisan saja (verbal receiving). Pada pembelajaran dengan melakukan sebuah aksi presentasi (doing a dramatic presentation), simulasi pengalaman nyata (simulating a real experience), dan melakukan sesuatu kegiatan yang nyata atau dengan benda-benda/alat sesungguhnya (doing the real thing) akan memberikan kecenderungan mengingat sebesar 90% apa yang dikatakan dan dilakukan. Sedangkan derajat keterlibatan siswa tergolong aktif. Dengan demikian, berarti belajar dengan melakukan (doing) dapat diingat dan diulang kembali dengan kecenderungan berkisar 90%.


Pembelajaran aktif merupakan sesuatu pembelajaran dimana siswa dimungkinkan untuk lebih banyak melakukan daripada hanya mendengar saja. Hal ini sesuai dengan konsep pembelajaran yang sudah digambarkan oleh Edgar Dale, sehingga pembelajaran aktif merupakan sesuatu cara pembelajaran yang tidak dapat ditunda lagi untuk dapat diimplementasikan pada anak didik kita, terutama pada pendidikan dasar. Pembelajaran aktif juga dapat mengangkat tingkat pembelajaran dari ketrampilan berfikir tingkat rendah (pengamatan, menghafal, mengingat informasi, dan mengetahui) hingga ketrampilan berfikir tingkat tinggi (memecahkan masalah, analisis, sisntesis, dan sebagainya). Di Indonesia pembelajaran aktif ini diistilahkan dengan PAKEM, yaitu pembelajaran yang Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Pendekatan Pakem ini diharapkan diimplementasikan untuk membelajarkan anak-anak tingkat Sekolah Dasar (SD).

Dalam implementasi PAKEM ada beberapa hal yang perlu diperhatikan :

1. Memahami sifat anak. Pada dasarnya anak memiliki sifat rasa ingin tahu dan atau berimajinasi. Maka kegiatan pembelajaran hendaknya menjadi lahan bagi berkembangnya kedua sifat tersebut

2. Mengenal anak secara perorangan. Anak berasal dari latar belakang dan kemampuan yang berbeda. Perbedaan individu harus diperhatikan, anak yang memiliki kemampuan lebih dapat dimanfaatkan untuk membantu temannya yang lemah (tutor sebaya).

3. Memanfaatkan perilaku anak dalam pengorganisasian belajar. Siswa secara alami senang bermain bersama-sama dalam kelompok atau bersama teman-temannya. Perilaku ini dapat dimanfaatkan guru dalam mengorganisir kelas, sehingga memudahkan siswa untuk berinteraksi atau bertukar pikiran.

4. Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan kreatif serta mampu memecahkan masalah. Kedua jenis pemikiran tersebut sebenarnya sudah ada sejak lahir, guru diharapkan dapat mengembangkannya. Kritis untuk menganalisis masalah, dan kreatif untuk melahirkan pemecahan masalah.

5. Menciptakan ruangan kelas sebagai lingkungan belajar yang menarik. Ruangan yang menarik sangat penting dalam Pakem. Media dan alat bantu mengajar perlu ditata dalam kel;as sedemikian rupa sehingga memudahkan siswa untuk memanfaatkannya. Demikian juga hasil karya siswa perlu dipajang di kelas atau di luar kelas dalam rangka untuk memberikan motivasi siswa bekerja lebih baik lagi, dan memberikan inspirasi bagi teman yang lain.

6. Memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar. Lingkungan (fisik, sosial, budaya), yang ada di sekitar sekolah atau rumah dapat dijadikan sumber belajar yang menarik, karena berkaitan dan dekat dengan kehidupan anak sehari-hari.

7. Membedakan antara aktif fisik dan aktif mental. Dalam Pakem, aktif mental lebih diinginkan muncul daripada aktif fisik. Aktif mental ditandai dengan kegiatan sering bertanya, mempertanyakan gagasan orang lain, mengemukakan pendapat, dan sebagainya.

8. Memberikan umpan balik yang baik untuk meningkatkan aktivitas. Umpan balik lebih ditujukan untuk meningkatkan interaksi siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan guru. Namun umpan balik diharapkan lebih mengungkapkan kekuatan/kelebihan daripada kelemahan siswa.

Untuk pengembangan dan pencapaian pembelajaran model Pakem ini, salah satunya kini digulirkan Program Desentralisasi Pendidikan Dasar (Desentralized Basic Education/DBE). Program Desentralisasi Pendidikan Dasar ialah program kerjasama antara pemerintah Indonesia dengan Pemerintah Amerika Serikat. Program ini merupakan payung kerjasama antara Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) dan USAID (The United States Agency for International Development). Tujuan dari program ini ialah peningkatan kualitas pendidikan dasar di Indonesia melalui tiga komponen kegiatan yang saling berintegrasi, yaitu: 1) desentralisasi manajemen dan tata pelayanan pendidikan yang lebih efektif (DBE1), 2) peningkatan kualitas belajar mengajar (DBE2), serta 3) peningkatan relevansi pendidikan menengah dan pendidikan luar sekolah melalui kecakapan hidup dan keterampilan vokasional (DBE3). Area yang dicakup Program Desentralisasi Pendidikan Dasar USAID/Indonesia (Program DBE) ialah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan Banten, Sulawesi Selatan, dan Sumatera Utara. Program ini berlangsung mulai tahun 2005 sampai 2010 dan diharapkan akan membantu meningkatkan pendidikan untuk lebih dari 2.400 sekolah dan lebih dari 250 ribu siswa di 100 kabupaten/kota.

Suasana Pembelajaran Aktif di Kelas

Suasana Pembelajaran Aktif di Kelas

Ketika desentralisasi pendidikan sedang digulirkan dan paradigma baru pendidikan kita dikembangkan, tidak ada jalan lain kecuali kita harus secara terus-menerus memberdayakan guru dengan mengembangkan sensitivitas dan kreativitasnya. Pendidikan merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat. Keberhasilan pendidikan (implementasi Pakem di Sekolah Dasar), akan dapat lebih mudah dicapai jika mendapat dukungan berbagai pihak. Dukungan berbagai pihak, berasal dari kepala sekolah, guru, orang tua murid dan pengawas sekolah, yang dalam hal ini disebut sebagai tim sekolah. Dalam pelatihan pembelajaran aktif yang dilakukan DBE2 melibatkan semua tim sekolah tersebut dalam pelatihan Pakem yang diakhiri sampai pendampingan di kelas pada semua guru.

Berdasarkan prinsip kepemimpinan pembelajaran, kepala sekolah perlu mengetahui dan mampu mengimplementasikan Pakem agar dapat memberikan dukungan, pengarahan, dan umpan balik yang bermanfaat pada para gurunya. Dengan kepala sekolah juga mengikuti pelatihan, diharapkan akan memberikan masukan yang tidak dilakukan dengan cara mengancam/mengintimidasi tetapi dengan memotivasi. Selanjutnya kepala sekolah akan dapat mengarahkan tim selolah untuk melakukan analisis mengenai praktik pengajaran yang ada di sekolahnya dan mengembangkan serta mengimplementasikan rencana tindak lanjut (action plan) untuk meningkatkan pembelajaran di masa yang akan datang. Sedangkan pengawas sekolah dan komite sekolah, akan mendapatkan pemahaman yang jelas mengenai Pakem serta sumberdaya yang diperlukan untuk mengimplementasikannya. Untuk pengawas sekolah keikutsertaan dalam pelatihan dimaksudkan untuk memberikan dukungan dalam hal alokasi sumber daya keuangan dan bahan yang diperlukan, dan kebijakan. Untuk para orang tua selain memberikan dukungan materiil dan imateriil juga akan dapat terjalin komunikasi yang efektif dengan sekolah mengenai implementasi Pakem.

Semoga Pakem dapat diimplementasikan oleh guru, baik untuk sekolah yang di kota maupun sekolah di seluruh pelosok tanah air.

Referensi :

Anonimous. 2005. Pembelajaran Aktif. Buletin P & P, Versi Elektronik, Edisi 3 (April – Jun 2005)

Depdiknas. Tanpa Tahun. Konsep Pakem. http://akhmadsudrajat.wordpress.com/bahan-ajar/konsep-pakem/feed, November, 23, 2007.

Edgar Dale. 1969. Audio-Visual Methods in Teaching (3 rd edition) Holt, Tinehart and Winston, 1969

Tim DBE2. 2007. Pengenalan Pembelajaran Efektif Dalam Mata Pelajaran Pokok. Jakarta.

The Citykids Foundation. Teori Dan Strategi Pengajaran Pembelajaran Dalam Merekabentuk Perisian Kursus. Malaysia. http://www.tripod.lycos.com/. May 23, 2007

Ditulis Oleh Dra. Retno Kinteki, M.Sos

Staf Laboratorium Pendidikan Geografi

PPPPTK PKn dan IPS Malang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar